Ketika Rindu Menjadi Jalan Pulang: Sekumpul, 5 Rajab, dan Cinta yang Menggerakkan Umat
29 December 2025 | Intan | 21 kali dilihat
Martapura | OPINI. Pada setiap 5 Rajab, Kalimantan Selatan seolah menemukan detak jantungnya kembali. Detak itu berpusat di Sekumpul, Martapura sebuah ruang yang tak lagi sekadar geografis, melainkan batiniah. Di sanalah, pada Ahad, 28 Desember 2025, jutaan manusia (ada yang menyebut hampir lima juta jiwa) bersimpuh tanpa aba-aba, tanpa pengeras suara perintah, tanpa panggung dan pidato. Mereka datang hanya membawa satu bekal: cinta.
Momen ini dikenal sebagai Haul Abah Guru Sekumpul ke-21. Namun di lidah jamaah, ia lebih sederhana: momen 5 Rajab. Kesederhanaan yang justru menyingkap kedalaman. Tidak ada orkestrasi, tidak ada seremoni, yang ada hanyalah sajadah yang digelar, shalat yang ditegakkan, zikir yang dirapalkan, dan shalawat yang mengalir : panjang, lirih, dan tulus.
Di Sekumpul dan sekitarnya, manusia-manusia itu menjadi sama. Tidak ada yang lebih tinggi dari yang lain, selain niat yang menghadap ke langit. Datang dari pelosok nusantara, bahkan dari negeri Yaman, negeri yang namanya akrab dengan sebutan negeri 1000 wali. Mereka berjalan, menunggu, berdesakan, sabar. Tak sedikit yang menempuh perjalanan panjang dengan biaya sendiri. Tidak ada iming-iming. Tidak ada daftar hadir, yang memanggil bukan panitia; yang menggerakkan bukan spanduk. Yang memanggil adalah rasa rindu.
Di sinilah hikmah Abah Guru Sekumpul bersemi. Beliau mengajarkan agama bukan dengan gemuruh kata, melainkan dengan keteladanan yang meneduhkan. Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya dipraktikkan, bukan dipertontonkan. Maka ketika jasadnya telah kembali ke rahmat Allah, ajarannya tetap hidup, menjadi magnet sunyi yang menarik jutaan hati setiap tahun. Ini bukan peristiwa massa; ini peristiwa makna.
Yang paling menggetarkan adalah cara warga menyambut. Rumah-rumah berubah menjadi dapur-dapur kasih. Jalanan menjelma meja panjang persaudaraan. Air minum dibagi tanpa hitung, makanan disodorkan tanpa tanya. Tidak ada transaksi; yang ada pengabdian. Tuan rumah memuliakan tamu, karena memuliakan tamu adalah adab orang beriman. Sekumpul mengajarkan bahwa keberagamaan bukan hanya di masjid, tetapi juga di senyum yang menawarkan segelas air.
Barangkali inilah yang menjadikan 5 Rajab sebagai salah satu pertemuan spiritual terbesar di Asia Tenggara. Momen yang terjadi tanpa komando, tetapi berulang tanpa henti. Tanpa panggung, namun beresonansi hingga jauh. Tanpa pidato, tetapi sarat pesan. Pesannya sederhana dan abadi: cinta yang ikhlas akan menemukan jalannya sendiri.
Di tengah dunia yang riuh oleh klaim dan kompetisi, Sekumpul menghadirkan sunyi yang menyatukan. Di tengah zaman yang sering menakar segalanya dengan angka, 5 Rajab mengingatkan bahwa yang menggerakkan sejarah kerap kali adalah rasa, yakni rasa yang disemai oleh seorang guru, dirawat oleh umat, dan diizinkan oleh Allah untuk tumbuh menjadi peristiwa.
Maka ketika jutaan jamaah kembali ke rumah masing-masing, yang tertinggal bukanlah keramaian, melainkan ketenangan. Sebuah keyakinan bahwa jalan pulang kepada Tuhan bisa ditempuh bersama, dengan cinta sebagai peta, dan adab sebagai langkah. Di Sekumpul, setiap 5 Rajab, kita belajar: jika cinta telah memimpin, maka Allah akan menggerakkan hamba-hamba-Nya, tanpa perlu diperintah. Wallahu’alambishawab. Refleksi dari momen Sekumpul 5 Rajab | yugs2025.