Kuliah Kerja Nyata: Dari Ruang Kelas ke Ruang Kehidupan
10 December 2025 | Intan | 227 kali dilihat
Banjarmasin | OPINI. Di tengah dunia yang bergerak cepat, pendidikan tinggi tidak lagi cukup jika hanya melahirkan lulusan yang unggul secara akademik. Kampus hari ini dituntut untuk menghadirkan dampak nyata bagi masyarakat. Di titik inilah Kuliah Kerja Nyata (KKN) menemukan relevansinya yang paling kuat.
KKN bukan sekadar mata kuliah lapangan. Ia adalah perjalanan intelektual dan sosial yang membawa mahasiswa keluar dari zona nyaman kampus menuju realitas masyarakat yang sesungguhnya. Di sanalah mahasiswa belajar bahwa persoalan kesehatan, ekonomi, pendidikan, dan lingkungan tidak pernah berdiri sendiri—semuanya saling terkait dan menuntut solusi yang kolaboratif.
Secara ilmiah, pendekatan experiential learning telah lama diakui sebagai metode pembelajaran yang efektif. Mahasiswa tidak hanya menerima teori, tetapi mengalami langsung persoalan dan proses pemecahannya. Melalui KKN, mahasiswa mengasah kemampuan komunikasi, kepemimpinan, empati sosial, serta pengambilan keputusan dalam situasi nyata yang penuh keterbatasan.
Namun, KKN tidak hanya penting bagi mahasiswa. Bagi masyarakat, kehadiran mahasiswa membawa energi baru: edukasi kesehatan, penguatan perilaku hidup bersih dan sehat, pemberdayaan ekonomi lokal, hingga penguatan literasi. Di sini, KKN menjadi jembatan antara dunia akademik dan kebutuhan riil masyarakat.
Dalam konteks institusional, KKN juga menjadi wujud konkret pelaksanaan tridarma perguruan tinggi. Bagi STIKES ISFI Banjarmasin, KKN adalah ruang aktualisasi visi sebagai perguruan tinggi kesehatan yang inovatif, kompetitif, dan bermutu berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi. Mahasiswa tidak hanya belajar tentang kesehatan, tetapi menghidupkan nilai-nilai kesehatan itu di tengah masyarakat.
Lebih jauh, arah kebijakan Kampus Berdampak dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi semakin menegaskan bahwa pendidikan tinggi harus diukur dari kontribusi nyatanya bagi masyarakat. KKN menjadi instrumen strategis untuk menjawab tuntutan ini. Melalui KKN, kampus hadir bukan sekadar sebagai menara gading ilmu, tetapi sebagai mitra pembangunan sosial.
Bagi Generasi Z, KKN memiliki makna yang sangat relevan. Generasi yang tumbuh di era digital ini dikenal kreatif, adaptif, dan cepat mengakses informasi. Namun, mereka juga dihadapkan pada tantangan besar: ketahanan mental, kemampuan komunikasi langsung, kedewasaan sosial, dan empati. KKN menjadi ruang pembelajaran yang tidak bisa digantikan oleh teknologi. Di sanalah mahasiswa belajar menghadapi konflik nyata, membangun kepercayaan, bekerja dalam perbedaan, serta bertahan dalam dinamika sosial yang tidak selalu ideal.
KKN mengajarkan bahwa tidak semua solusi bersifat instan. Tidak semua persoalan bisa diselesaikan dengan satu kali program. Sebagian perubahan membutuhkan proses, kesabaran, dan keberlanjutan. Dari sinilah lahir karakter lulusan yang tidak hanya cerdas, tetapi juga tangguh, rendah hati, dan berorientasi pada kebermanfaatan.
Pada akhirnya, KKN bukan sekadar tentang pengabdian dalam hitungan minggu. Ia adalah investasi jangka panjang dalam pembentukan karakter mahasiswa dan kepercayaan masyarakat terhadap perguruan tinggi. KKN mengajarkan bahwa ilmu yang sejati bukan hanya yang dipahami, tetapi yang mampu mengubah kehidupan. Inilah makna pendidikan tinggi yang benar-benar berdampak. Selamat ber KKN Mahasiswa STIKES ISFI Banjarmasin.
Yugs, Medio Desember 2025