Berita dan Informasi

"PERBANYAK PENDIDIKAN VOKASI BUKAN PEMIKIR"

21 March 2017 | Muhammad Amin | 1.143 kali dilihat


20170317 rakerwil kop xi paraya

Kita terlalu banyak universitas yang menghasilkan para pemikir. Seharusnya pendidikan vokasi yang diperbanyak. Data menunjukkan dari 5 juta total mahasiswa, maka mahasiswa vokasi hanya 750 ribu. Demikian salah satu poin yang disampaikan oleh Prof. Intan Akhmad, Ph.D selaku Dirjend Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Ristekdikti pada acara Rapat Kerja Wilayah Kopertis Wilayah XI Kalimantan. Rakerwil mengambil tempat di Swiss-belhotel Palangkaraya. Kegiatan yang diagendakan selama 2 hari tanggal 17 dan 18 Maret 2017 dihadiri tidak kurang dari 200 peserta yang berasal dari PTS se Kalimantan. Rakerwil kali ini mengusung tema “Peningkatan Mutu PTS Berkesinambungan Menuju Akreditasi Unggul”. Yugo Susanto, S.Si., M.Pd., M.Farm., Apt selaku Direktur Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin turut hadir didampingi Ahmad Hafizi, S.Sos, selaku perwakilan Yayasan Pembangunan ISFI Banjarmasin

Dihari pertama, Dr. Ir. Pardono Suwignjo, M.Eng, Sc selaku Dirjend Kelembagaan Iptek dan Dikti mewakili Menristekdikti berkenan membuka sekaligus memberikan materi tentang Tata Kelola dan Kepemimpinan PTS. Pada kesempatan tersebut disampaikan pentingnya revitalisasi pendidikan vokasi. Hal ini untuk menjawab tantangan besarnya jumlah penganggur terdidik lulusan Perguruan tinggi yakni 6-7%. Bahwa daya saing bangsa juga menjadi masalah yang harus di benahi. Indonesia saat ini menduduki rangking 29 dari 128 negara, dalam hal daya saing tenaga kerja. Upaya perbaikan dapat dilakukan dengan meningkatkan produktivitas dan menahan lajunya peningkatan upah. Sementara daya saing di bidang publikasi, kita tertinggal jauh dibanding negara di Asean, Malaysia, Singapura bahkan Thailand. Hal ini menjadi PR bersama dari para akademisi dan perguruan tinggi untuk meningkatkan jumlah publikasi internasional. Potensi kita ada, karena jumlah dosen dan PT kita jauh lebih banyak dibanding negara-negara tersebut. Tidak kalah serius adalah masalah Angka Partisipasi Kasar (APK). APK kita 31,5%. Bandingkan dengan Thailand 51,2%, Singapura 82,7%. Adakah yang salah dengan sistem pendidikan tinggi kita? Padahal jumlah perguruan tinggi kita sangat banyak, mengapa jumlah serapan di perguruan tingginya masih rendah?.

Terkait jumlah perguruan tinggi, negara kita termasuk salah satu negara dengan jumlah PT terbesar di dunia (jumlah penduduk 255 juta dengan PT 4.529). Bandingkan dengan China dengan jumlah penduduk 1,4 Milyar, hanya memiliki 2.824 Perguruan Tinggi. Rangking Dunia universitas di Indonesia pun setali tiga uang. Hanya UI dan ITB yang masuk dalam ranking 500 Universitas TOP Dunia. Sisanya di luar rangking 500 besar.

Oleh karena itu, menjawab tantangan dan masalah yang dihadapi bangsa ini dalam bidang pendidikan tinggi, maka Kemristekdikti melakukan beberapa program yang diharapkan mampu menjawab permasalah tersebut.

Pada hari kedua, setelah paparan Dirjend Belmawa dilanjutkan paparan dari Direktur Kemahasiswaan Prof. Didin Wahidin. Pada paparan dengan tema Mengagas mahasiswa cerdas, mencipta generasi emas, menurut beliau perhatian PTS terhadap kegiatan kemahasiswaan relatif amat kecil. Masih banyak yg belum memberikan perhatian. Anggaran kegiatan kemahasiwaan masih sangat minim. Padahal fakta menunjukkan 80% kesuksesan menghadapi kehidupan pasca lulus ditentukan oleh softskill. Mindset dosen dalam membina mahasiswa harus diubah. Pemahaman yang keliru ketika dosen merasa sudah selesai tugasnya ketika sudah selesai mengajar dan memberi nilai. Oleh sebab itu Kemristekdikti menggalakkan kampanye kesadaran melakukan kegiatan kemahasiswaan di PT. Hal ini dilakukan melalui : Grand desain kegiatan kemahasiswaan; Upaya mengalakosikan anggaran 10% untuk kegiatan kemahasiswaan; dan Kontribusi kegiatan kemahasiswaan menjadi 15% pada pemeringkatan PT.

Kegiatan mahasiswa yang dikembangkan melalui pembinaan softskill harus mampu mengembangkan thinking beyond (melihat sesuatu yang lebih besar dan tidak tampak). Bahwa kegiatan kemahasiswaan juga untuk pembinaan dalam rangka membentuk alumni yang paripurna dan berakhlak mulia. Juga mengambangkan thinkbig, melawan syndrom inferiority, menanamkan kesadaran bahwa kita bisa bersaing dengan bangsa lain.

Oleh karena itu Kemristekdikti melalui direktur kemahasiswaan mencanangkan Hexagon Kegiatan Kemahasiswaan yang meliputi : Bidang Pengembangan, Penalaran dan Kreativitas; Bidang Kesejahteraan dan Kewirausahaan; Bidang Minat, Bakat, Hobi dan Ormawa; Bidang Penyelarasan dan Pengembangan Karir; Bidang Mental, Spiritual, Keagamaan, dan Bela Negara; Bidang Internasionalisasi. Tahun ini juga akan dibuat instrumen pada laman PD DIKTI yang lebih bisa mengakomodir kegiatan kemahasiswaan. Rakerwil Kopertis XI yang berlangsung selama 2 hari ini akhirnya ditutup dengan paparan program kerja Kopertis serta penyerahan penghargaan kepada PTS yang berprestasi. (Yugs2017) Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin, to be SMART campus, to create SMART people, suport by SMART Technology. Bahan Presentasi Narasumber KLIK : 20170317 Menristekdikti; 20170317 Dirjend Kelembagaan; 20170318 Dirjend Belmawa; 20170318 Dir kemahasiswaan         Lampiran:

Berita Lainnya


Halal bihal seluruh yayasan pembangunan insan farmasi indonesia Banjarmasin

24 April 2024 | Eka Kumalasari

Baca Selengkapnya

Penandatangan kerjasama antara LLDIKTI Wilayah XI dengan STIKES ISFI Banjarmasin

23 April 2024 | Eka Kumalasari

Baca Selengkapnya

Liburan bersama "meningkatkan kebersamaan dan empati untuk prestasi kampus"

01 March 2024 | Eka Kumalasari

Baca Selengkapnya